Arsip Kategori: Uncategorized

SMP Xaverius Metro Borong Juara di Olimpiade SMP Xaverius Se-Lampung

filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; module: photo; hw-remosaic: false; touch: (-1.0, -1.0); sceneMode: 2; cct_value: 0; AI_Scene: (-1, -1); aec_lux: 269.4141; aec_lux_index: 0; albedo: ; confidence: ; motionLevel: -1; weatherinfo: null; temperature: 40;
filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; module: photo; hw-remosaic: false; touch: (-1.0, -1.0); sceneMode: 2; cct_value: 0; AI_Scene: (-1, -1); aec_lux: 267.18042; aec_lux_index: 0; albedo: ; confidence: ; motionLevel: -1; weatherinfo: null; temperature: 41;

XTro-Keren – Dalam ajang bergengsi Olimpiade SMP Xaverius Se-Lampung yang diselenggarakan di SMP dan SMA Xaverius Pringsewu, SMP Xaverius Metro berhasil menorehkan prestasi gemilang. Dengan semangat juang yang tinggi, para siswa SMP Xaverius Metro berhasil membawa pulang sejumlah piala.

Dalam kompetisi yang diikuti oleh seluruh sekolah SMP Xaverius se-Lampung, siswa-siswi SMP Xaverius Metro menunjukkan kemampuan terbaiknya di berbagai cabang lomba. Mulai dari bidang akademik seperti Matematika, IPA, IPS, hingga cabang non-akademik seperti seni dan olahraga, siswa SMP Xaverius Metro berhasil meraih berbagai gelar juara.

Beberapa prestasi menonjol yang berhasil diraih oleh siswa SMP Xaverius Metro antara lain:

Juara 1:

  • Basket Putra
  • IPS (Love Liena Ceril)

Juara 2:

  • Solo Song Putra (Gabriel Berli Nugroho)
  • Bulutangkis Tunggal Putri (Aziim Andara)
  • Tari
  • Catur Putri (Daniella Kefira)
  • IPA (Evelyn Sayomi Gratia Khista)

Juara 3:

  • IPA (Edelin Tristan)
  • Bulutangkis Ganda Putri (Audi & Esther)
  • Bulutangkis Tunggal Putra (Gede Andre)
  • Mobile Legend
  • Futsal

Juara Harapan 1:

  • Story Telling (Jeanne Tabita Wielliam)
  • Matematika (Renata Darulie)
  • Solo Song Putri (Emilia Sevi)

Juara Harapan 2:

  • Speech (Jesslyn Anwar Hui)
  • Membaca Puisi (Adelyra)
  • Paduan Suara

Juara Harapan 3:

  • Menulis Cerpen (Fedelis Aprilia)

Robertus Bayu Wibowo, S. Pd menyampaikan rasa bangga dan ucapan selamat kepada seluruh siswa-siswi yang telah berjuang keras mengharumkan nama sekolah. “Prestasi yang diraih ini merupakan hasil dari kerja keras, semangat juang, dan dukungan dari semua pihak. Semoga prestasi ini dapat menjadi motivasi bagi siswa-siswi lainnya untuk terus berprestasi,” ujarnya.

Kemenangan ini tentunya menjadi bukti nyata bahwa SMP Xaverius Metro tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki potensi yang luar biasa di berbagai bidang lainnya. Prestasi ini juga menjadi bukti bahwa pendidikan di SMP Xaverius Metro memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

Dengan prestasi yang membanggakan ini, diharapkan SMP Xaverius Metro dapat terus berprestasi di berbagai ajang kompetisi lainnya.

Penulis: Xavier Wibisono

PERINGATAN BULAN BAHASA DAN SUMPAH PEMUDA SMP XAVERIUS METRO

Saat bangsa ini merayakan Bulan Bahasa, terkait sejarah Sumpah Pemuda, ternyata masih ada segelintir kaum muda yang tidak ingat momen heroik yang terjadi pada 28 Oktober 1928 itu.

Kisahnya begini, ketika di warung kopi, di depan sebuah sekolah, sejumlah siswa-siswi asyik dengan gadget, spontan kutanya, “Bulan apa ini?” Dua orang siswa menjawab nyaris bersamaan, “Oktober.”
“Lha iya, bulan apa?”Tanpa dosa mereka melongo, “Maksudnya?” Kujawab dengan gemas, “Bulan Bahasa kan?” “Bulan Bahasa?” sergah salah seorang di antara tujuh siswa dengan pandangan sinis, “Untuk apa Bulan Bahasa?”Tentu, realitas pengetahuan siswa/siswi di atas tidak menggambarkan fakta keseluruhan dari kaum muda banga kita tentang Bulan Bahasa. Saya sempat ingin marah, tetapi spontan ingat jargon pendidikan mutakhir, “Pendidikan ramah anak.” Bagaimana mereka mengenal sejarah di balik Bulan Bahasa jika ingat pun tidak, bahkan bertanya dengan nada “kritis” begitu. Saya tidak tahu, jangan-jangan ini produk dunia pendidikan lima tahun terakhir?

Saya teringat, jargon filosofis dari Ki Hadjar Dewantara yang nyaris lenyap ditelan oleh kelatahan “falsafah” pendidikan mutakhir yang tanpa akar. Padahal ada pesan penting yang menarik dipikirkan dalam pembudayaan Bulan Bahasa dalam falsafah Ki Hajar Dewantara.

Ajaran adiluhung macam “Jer Basuki Mowo Bea, Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” seakan lenyap tergulung ragam “ideologi” baru yang abstrak. Bahasa Indonesia (BI) secara historis adalah alat juang pemuda kala itu, terikat satu filosofi, begitulah pemuda dahulu memimpikan Indonesia melalui eksistensi Bahasa Indonesia. Kongres pemuda 1926 dan 1928 adalah bukti otentiknya.

Generasi milenial kini cenderung latah mendulang tanpa daras informasi, tanpa nalar tetapi langsung forward, atau copy paste. Generasi tanpa nalar, generasi buih, sebagaimana ironi yang tersinggung di awal tulisan, “Bulan Bahasa? Untuk apa ada Bulan Bahasa?” Generasi tanpa kecerdasan literasi hanyalah gundukan sampah, objek empuk zaman kapitalisme.

Agar Bulan Bahasa (yang di dalamnya termasuk sastra) tumbuh segar selaksa pohon yang rimbun dan memiliki manfaat guna bagi generasi mutakhir, maka hal-hal berikut menarik direnungkan.

Pertama, penting membangun ulang akan eksistensi Bulan Bahasa di dunia pendidikan.Kunci sukses pendidikan adalah kecakapan berbahasa dan berpikir. Jika Bahasa Indonesia sebagai alat keilmuan direndahkan, dipandang kalah kelas dengan bahasa Inggris, misalnya, sungguh ini menyesatkan. Sama artinya dengan merendahkan bangsa dan negara.

Kedua, perlunya kesadaran kolektif bahwa Bulan Bahasa terkandung pesan historis akan kiprah pemuda 1928. Dengan kesadaran kolektif tentang makna historis yang esensial, maka akan mengulik kesadaran generasi mutakhir tersadarkan dan mau terlibat langsung mengawalnya. Jika kesadaran historis hilang, sama artinya dengan kehilangan nasionalisme berbangsa. Akar historis Bulan Bahasa sesungguhnya simbol nasionalisme, alat persatuan, dan alat perjuangan. Tokoh pemuda Muh Yamin sebagai sekretaris pelaksana Sumpah Pemuda berperan penting di samping sejumlah pemuda dari berbagai suku bangsa di Indonesia.

Jika tinggal merawat eksistensi historis sumpah pemuda melalui bulan bahasa saja tidak menyadarkan generasi, bisa jadi Muh Yamin dkk jika mengetahuinya akan menangis. Melihat betapa rapuhnya mental, etos, nasionalisme, dan spiritualitas generasi pengisi kemerdekaan. Tinggal mengisi kemerdekaan saja dengan mencintai BI dengan sepenuh jiwa dan rasa saja tidak bisa.

Ketiga, pentingnya penciptaan iklim sekolah yang peduli Bulan Bahasa.Di jelang datangnya Bulan Bahasa,sekolah mestinya bisa menciptakan sejumlah kegiatan cinta bahasa dan sastra. Kegiatan macam pameran karya sastra terdidik dan pendidik, kajian historis di balik Bulan Bahasa, hingga bagaimana lomba berbahasa yang baik dan benar. Harapannya, kecintaan pada BI berlipat karena akar historis dan perjuangan yang lindap di dalamnya. Jika tidak, pohon generasi milineal kita hanya sebagai generasi plastik, generasi mi instan. Ibarat pohon tumbuh di atas air. Rapuh. Bukan generasi berakar kuat yang tumbuh di atas tanah subur sejarah juang, yang akarnya menjalar dan menghunjam dalam. Menukik dalam seperti pohon beringin.

Keempat, jiwa Bulan Bahasa yang menyatu di nurani para dosen dan guru. Salah satu ironi adalah realita guru dan dosen sendiri, yang seringkali tak paham substansi mengapa Bulan Bahasa ada.Untuk itu, agar jiwa Bulan Bahasa menyatu pada diri guru dan dosen, maka mereka penting selalu mengulik jejak historisnya, makna kesadarannya, hingga pesan cinta Tanah Air yang berurat berakar. Kegiatan produksi dan resepsi bahasa dan sastra berbasiskan keteladanan guru dan dosen akan menjadi habituasi yang masif dan menggerakkan.

Kelima, ada kegiatan kreatif dan inovatif berbasis bahasa dan sastra di Bulan Bahasa. Setelah kegiatan bahasa dan sastra yang kreatif berbasis kelas, yang inspirator utamanya pendidik, maka gerakan demikian bisa disinergikan secara kultural kelembagaan. Sekolah dan kampus penting menyediakan anggaran cinta bangsa, via cinta Bulan Bahasa.

Keenam, pentingnya gerakan cinta bahasa dan sastra sepanjang masa, yang berangkat dan berhenti di Bulan Bahasa. Terlebih di era digital, semua kegiatan kreatif bisa disemarakkan di puncak Bulan Bahasa. Selanjutnya, di bulan-bulan kemudian tinggal mengulik-ulik ulang.

Jangan sampai zaman digital justru menjebak generasi mutakhir akan sihir kemudahan tanpa diiringi mentalitas kuat sebagaimana aktor Sumpah Pemuda 1928. Jangan sampai pemuda kekinian seperti buih yang terombang-ambing oleh samudera, terapung-apung gelombang dan angin karena kegagalannya mengulik spiritualitas kesadaran dan gerak di balik Bulan Bahasa.

Akhirnya
Dengan menyadari Bulan Bahasa sebagai simbol sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda, maka siapa pun kita rasanya wajib untuk terus mengulik-ulik hikmah kesadaran akan persatuan bangsa. Jika di zaman itu belum lahir Pancasila, maka sesungguhnya satu-satunya simbol dinamo gerak di balik Sumpah Pemuda adalah, “Bertanah Air Satu, Berbangsa Satu, dan Berbahasa Satu, Indonesia.”

Jika para pemuda kala pergerakan dan perjuangan kemerdekaan saja di bawah tekanan penjajah mampu menggelorakan kesadaran kesatuan bahasa dalam berbagai aktivitasnya macam gerilya pikiran dan atur strategi politik organisasi, maka apa yang bisa kita perbuat sekarang?

Mereka mampu berbahasa yang tajam, bernas, baik pidato, diplomasi organisasi, sampai pada estetika karya sastra juang yang dihasilkan. Sebuah kesadaran juang yang mendalam. Sebuah nasionalisme berbangsa dan bernegara melalui cerdas berbahasa.

Dalam peringatan bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda SMP Xaverius Metro mengadakan beberapa kegiatan antara lain :

  1. Upacara Bendera
  2. Parade siswa per kelas
  3. Lomba- Lomba
    a. Mading
    b. Menulis Cerpen
    c. Video Kreatif
    d. Poster

Kegiatan ini mendapat tanggapan yang positif sehingga dapat berjalan dengan baik.Terima kasih atas perhatian dan kerjamamya para guru, karyawan dan para siswa/ siswi. Xavetro

SUKACITA DI BULAN KITAB SUCI NASIONAL

Jumat (27/09), acara kegiatan yang di selenggarakan kelompok kerja guru pendidikan Agama Katolik (KKG PAKat) tingkat dasar (SD-SMP) se Kota Metro dalam rangka “Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) Tahun 2024”. Kegiatan diadakan di aula gereja Hati Kudus Yesus Metro, dengan dihadiri 10 SD Negeri-SD Swasta, dan 9 SMP Negeri-SMP Swasta se kota Metro dengan menjunjung semangat dan mencari bibit-bibit para generasi orang muda katolik (omk) menjadi anak-anak missioner kedepannya dilingkup sekolah baik itu negri atau swasta.

Kegiatan ini diawali dengan doa pembuka, sambutan-sambutan, penampilan tari dari SMP Xaverius Metro, dan dilanjutkan dengan lomba mazmur, lomba tutur Kitab Suci, dan lomba cepat tepat (LCT). SMP Xaverius Metro mengirimkan 5 anak yang mengikuti perlombaan dan 5 suporter dalam kegiatan yang di selenggarakan oleh KKG PAKat. Setelah perlombaan selesai SMP Xaverius Metro berhasil meraih dan membawa nama baik sekolah dengan memenangkan prestasi dalam cabang perlombaan khusunya keagamaan Katolik. Prestasi yang diraih meliputi; Juara 1 lomba tutur Kitab Suci yang dimenangkan oleh peserta didik yang bernama; Gabriella Leticia Marvendra (kelas 8A) dan juara 1 lomba cepat tepat (LCT) Kitab Suci yang dimenangkan oleh 1 tim yang terdiri dari 3 peserta didik yang bernama; Maria Viquensa Kinanti (kelas 9C), Birgitta Palmadhea (kelas 9C), dan Evelyne Sayomi Gratia Khista (kelas 9A). Bagi peserta yang belum mendapatkan kesempatan untuk meraih prestasi tidak perlu berkecil hati, karena momen ini akan terus berlanjut.

“Kegiatan hari ini sangat berkesan saya senang dan semakin senang lagi mendapat juara 1 karena saya justru tidak menyangka akan menang dan mendapatkan juara 1, saya juga berpesan kepada teman-teman yang lainnya, kalau ada kesempatan perlombaan semacam ini dan kalau mengikuti lomba LCT tentunya harus semakin belajar lebih giat dan rajin” ujar Birgitta Palmadhea (kelas 9C) salah satu anggota pemenang juara 1 cabang lomba cepat tepat (LCT).

Agustina Titis Wulandika, S.Pd selaku koordinator acara kegiatan yang di selenggarakan kelompok kerja guru pendidikan Agama Katolik (KKG PAKat) tingkat dasar (SD-SMP) se Kota Metro dalam rangka “Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) Tahun 2024”, mengungkapkan bahwa acara kegiatan ini berjalan dengan lancar, peserta didik antusias, dan penuh semangat dalam mengikuti setiap cabang perlombaan BKSN.

Bersama Lebih Kuat, SMP dan SD Xaverius Rayakan Haornas

METRO – Suasana penuh semangat dan persahabatan mewarnai peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diselenggarakan oleh SMP Xaverius Metro pada Jumat (13/9). Acara yang melibatkan seluruh siswa SMP dan siswa kelas 4, 5, dan 6 SD Xaverius Metro ini tidak hanya menjadi ajang untuk berolahraga, namun juga untuk mempererat tali silaturahmi antar siswa.

Diawali dengan jalan sehat mengelilingi lingkungan sekolah, para peserta tampak bersemangat sambil mengobrol dan bercanda bersama. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan berbagai lomba yang menguji ketangkasan dan kekompakan tim, seperti lomba memindahkan gelas menggunakan karet dan voli sarung.

“Kegiatan hari ini sangat meriah dan seluruh siswa sangat antusias mengikutinya, mulai dari jalan sehat, pindahkan gelas pakai karet gelang dan voli sarung. Luar biasa bisa berdinamika bersama adik-adik SD Xaverius Metro” ujar Renatha Darulie, Ketua OSIS SMP Xaverius Metro dengan penuh semangat.

Sementara itu, Petrus Angga Saputra, S. Pd selaku ketua panitia penyelenggara mengungkapkan bahwa peringatan HAORNAS tahun ini benar-benar meninggalkan kesan yang mendalam dikarenakan kegiatan dilaksanakan bersama-sama dengan SD Xaverius Metro. Seluruh siswa sangat antusias mengikuti barbagai kegiatan termasuk lomba-lomba. Melihat semangat dan antusias seluruh peserta panitia, saya merasa bangga dan semakin menyadari pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Kegiatan ini juga dapat semakin mempererat persaudaraan antara SD dan SMP Xaverius Metro.

Penulis: C.G. Natayomi